Belajar dari Novel “Ayat-ayat Cinta” (3)
Oleh Irwan Kelana
Mari kita simak apa rahasia sukses Habiburrahman El-Shirazy melalui novel legendarisnya, Ayat-ayat Cinta (AAC).
Detil
Kekuatan kedua novel Ayat-ayat Cinta (AAC) terletak pada deskripsinya yang sangat rinci atau detil. Membaca novel ini pembaca, pembaca, khususnya orang Indonesia maupun orang-orang non-Mesir yang belum pernah pergi ke Mesir seakan-akan menyaksikan sendiri eksotisme negeri Mesir lengkap dengan budaya dan karakteristik masyarakatnya. Sedangkan bagi mereka yang pernah tinggal di Mesir, novel ini seakan-akan mengingatkan mereka kembali akan romantisme dan kerinduan pada negeri yang dijuluki ‘’Negeri Seribu Menara’’ ini.
Membaca novel ini pun kita seakan-akan bisa merasakan bagaimana gemuruh perasaan cinta, sedih, cemburu bahkan marahnya para tokohnya – Fahri, Aisah, Nurul, dan Maria. Pembaca laki-laki banyak yang mempersonifikasikan dirinya menjadi Fahri. Sedangkan pembaca wanita mungkin lebih senang mempersonifikasikan dirinya menjadi Aisah atau Nurul. Detil yang ditampilkan dalam novel Ayat-ayat Cinta menunjukkan penulisnya sangat menguasai cerita yang dia tulis. (Bersambung)
Oleh Irwan Kelana
Mari kita simak apa rahasia sukses Habiburrahman El-Shirazy melalui novel legendarisnya, Ayat-ayat Cinta (AAC).
Detil
Kekuatan kedua novel Ayat-ayat Cinta (AAC) terletak pada deskripsinya yang sangat rinci atau detil. Membaca novel ini pembaca, pembaca, khususnya orang Indonesia maupun orang-orang non-Mesir yang belum pernah pergi ke Mesir seakan-akan menyaksikan sendiri eksotisme negeri Mesir lengkap dengan budaya dan karakteristik masyarakatnya. Sedangkan bagi mereka yang pernah tinggal di Mesir, novel ini seakan-akan mengingatkan mereka kembali akan romantisme dan kerinduan pada negeri yang dijuluki ‘’Negeri Seribu Menara’’ ini.
Membaca novel ini pun kita seakan-akan bisa merasakan bagaimana gemuruh perasaan cinta, sedih, cemburu bahkan marahnya para tokohnya – Fahri, Aisah, Nurul, dan Maria. Pembaca laki-laki banyak yang mempersonifikasikan dirinya menjadi Fahri. Sedangkan pembaca wanita mungkin lebih senang mempersonifikasikan dirinya menjadi Aisah atau Nurul. Detil yang ditampilkan dalam novel Ayat-ayat Cinta menunjukkan penulisnya sangat menguasai cerita yang dia tulis. (Bersambung)